Pages

About

Featured Posts Coolbthemes

Kamis, 02 Juli 2015



kisah sahabat nabi
KISAH SALMAN AL-FARISI
Salman berkisah,
Aku adalah seorang pemuda Persia penduduk kota Ashbahan (kota di tengah Iran, di antara Teheran dan Syiraz) dari desa yang dikenal dengan nama Jayyan. Ayahku adalah kepala kampung, orang yang paling kaya dan paling mulia kedudukannya di sana. Aku adalah orang yang paling dicintai ayahku sejak lahir. Cintanya kepadaku semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu, sampai-sampai ayahku menahanku di rumah seperti anak-anak perempuan karena begitu mengkhawatirkan keadaanku.
Aku belajar agama Majusi dengan sungguh-sungguh sehingga aku diberi tugas menjaga api yang kami sembah, menyalakan api ini dan menjaganya agar tidak padam. Semuanya diserahkan kepadaku siang dan malam.
Ayahku memiliki ladang yang luas, hasilnya melimpah, ayahku sendiri yang mengurusnya dan memanen hasilnya. Suatu hari suatu kesibukan menghalangi ayahku untuk pergi ke ladang, maka ia berkata kepadaku, “Anakku, aku disibukkan oleh pekerjaanku sehingga aku tidak bisa mengurusi ladang. Pergilah kesana, mulai hari ini kamu yang mengurusinya.”
Aku berangkat menuju ladang kami, di tengah jalan aku melewati gereja orang-orang Nashrani, Aku mendengar suara mereka yang sedang beribadah, hal itu menarik perhatianku. Aku memperhatikan ibadah mereka, ibadah mereka membuatku takjub, aku jadi berminat pada agama mereka. Aku berkata pada diriku,”Demi Tuhan, ini lebih baik daripada yang aku anut selama ini.” Demi Tuhan aku tidak meninggalkan mereka sampai matahari terbenam, aku batal berangkat ke ladang bapakku. Kemudian aku bertanya kepada mereka, “Dari mana asal-usul agama ini?” Mereka menjawab, “Negeri Syam.”
Malam pun tiba, aku pulang ke rumah. Bapakku menyambutku dan menanyakan kepadaku tentang apa yang aku lakukan. Aku berkata, “Bapak, aku melewati orang-orang yang sedang beribadah di gereja mereka, agama mereka sungguh menakjubkanku, aku terus bersama mereka sampai matahari terbenam.”
Bapakku terkejut bukan kepalang dari apa yang telah aku lakukan, dia berkata, “Anakku, agama tadi tidak membawa kebaikan. agamamu dan agama leluhurmulah yang lebih baik darinya.” Aku menjawab, “Tidak mungkin, demi Tuhan, agama mereka lebih baik daripada agama kita.” Bapakku pun sangat ketakutan terhadap kata-kataku, dia khawatir aku akan murtad dari agamaku,  maka dia memenjarakanku di rumah dan memasung kedua kakiku.
Manakala kesempatan datang, aku bertanya kepada orang-orang Nashrani (yang tinggal di gereja mereka), “Jika ada beberapa orang dari kalian hendak berangkat ke negeri Syam maka beritahu aku.”
Tidak lama berselang, kesempatan itu pun datang. Beberapa orang dari mereka hendak berangkat ke negeri Syam, mereka mengabariku, Aku pun berusaha mencari cara untuk membuka pasungku dan aku berhasil membukanya. Aku berangkat secara sembunyi-sembunyi bersama mereka sehingga kami tiba di negeri Syam.
Tiba di Syam, aku bertanya, “Siapa orang yang paling utama dalam agama ini?” Mereka menjawab, “Seorang uskup penanggung jawab gereja.” Aku datang kepadanya, aku bertanya, “Aku ingin masuk agama Nashrani. Aku ingin menyertaimu, melayanimu dan belajar darimu serta beribadah denganmu.” Uskup itu berkata, “Masuklah.” Aku masuk dan mulai menjadi pelayannya. Namun tidak lama setelah itu, aku mengetahui bahwa laki-laki ini adalah laki-laki busuk. Dia memerintahkan para pengikutnya untuk bersedekah dan mendorong mereka untuk mencari pahala. Namun ketika mereka menyerahkan sedekah kepadanya untuk selanjutnya disalurkan ke jalan Allah, dia malah menyimpannya untuk dirinya sendiri dan tidak memberikan kepada fakir miskin sedikit pun, sehingga laki-laki ini bisa mengumpulkan bergentong-gentong emas. Aku pun sangat membencinya karena akhlak dan perilakunya. Tidak lama kemudian dia pun mati, orang-orang Nashrani berkumpul untuk menguburnya, aku berkata kepada mereka, “Laki-laki ini bukan orang baik. Dia menyuruh kalian bersedekah dan mendorong kalian agar kalian suka bersedekah, tetapi jika kalian menyerahkan sedekah kepadanya maka dia menyimpannya untuk dirinya, dia tidak memberikan sedikit pun kepada orang-orang miskin.” Mereka bertanya, “Dari mana kamu tahu hal itu?” Aku menjawab, “Kemarilah, aku tunjukkan kekayaannya kepada kalian.”
Aku membawa mereka ke tempat penyimpanan hartanya, mereka pun membongkarnya dan menemukan tujuh buah gentong yang penuh dengan emas dan perak. Ketika mereka melihatnya, mereka berkata, “Demi Allah kami tidak akan menguburnya.” Kemudian mereka menyalibnya dan melemparinya dengan batu.
Tidak berlangsung lama setelah itu, mereka sudah memiliki penggantinya, aku tetap menyertainya. Aku melihatnya sebagai laki-laki yang paling zuhud terhadap dunia, paling ingin meraih akhirat, paling tekun beribadah di malam dan siang hari, maka aku sangat mencintainya.
Ketika ajalnya sudah dekat, aku berkata kepadanya, “Wahai Fulan kepada siapakah kamu akan menyerahkanku, kepada siapakah kamu menasehatiku agar aku bersamanya sesudahmu?” Dia menjawab, “Anakku, aku tidak mengetahui seseorang yang sama agamanya denganku kecuali laki-laki di al-Maushil (kota tua di pinggir sungai Dajlah di Irak). Dia adalah fulan, dia tidak mengganti agama dan tidak pula menyelewengkan, pergilah kepadanya.”
Ketika laki-laki shalih ini wafat, aku berangkat kepada laki-laki yang dia katakan di al-Maushil. Aku bertemu dengannya, aku menceritakan kisahku kepadanya dan Aku berkata, “Sesungguhnya Fulan mewasiatkan di hari menjelang kewafatannya agar aku menemuimu. Dia mengatakan kepadaku bahwa engkau berpegang kepada kebenaran yang dia pegang selama hidupnya.” Maka dia menjawab, “Tinggallah di sini.” Aku tinggal bersamanya dan aku melihatnya dalam keadaan baik.
Namun tidak lama setelah itu dia pun wafat pula. Sebelum dia wafat, aku bertanya kepadanya, “Wahai Fulan, ketetapan Allah telah tiba seperti yang engkau rasakan saat ini. Engkau telah mengetahui apa yang aku perlukan, kepada siapa engkau akan mewasiatkanku? Kepada siapa engkau memerintahkanku untuk bertemu?” Dia menjawab, “Anakku, demi Allah aku tidak mengetahui seorang pun di atas apa yang aku pegang saat ini kecuali seorang laki-laki di Nashibin (Kota terletak di jalan para kafilah dagang dari al-Maushil ke Syam, jaraknya adalah enam hari perjalanan dari al-Maushil). Dia adalah Fulan, temuilah dia.”
Ketika laki-laki ini sudah dimakamkan di liang lahatnya, aku berangkat untuk menemui laki-laki di Nashibin. Aku menceritakan kisahku dan pesan laki-laki sebelumnya kepadaku, maka dia berkata, “Tinggallah di sini.”
Aku pun tinggal bersamanya, aku melihatnya seperti dua kawannya sebelumnya, baik. Demi Allah tidak lama aku tinggal bersamanya, kematian telah menghampirinya. Ketika ajalnya sudah tiba, aku berkata kepadanya, “Engkau telah mengetahui keinginanku, kepada siapa engkau berpesan kepadaku agar aku menemuinya?” Dia menjawab, “Anakku, demi Allah Aku tidak mengetahui seorang laki-laki yang masih memegang apa yang kita pegang kecuali seorang laki-laki di Ammuriyah, dia adalah Fulan, pergilah kepadanya.”
Maka aku pergi kepadanya, aku bertemu dengannya dan menyampaikan keperluanku. Dia berkata, “Tinggallah bersamaku.” Maka aku pun tinggal bersama seorang laki-laki yang berjalan di atas jalan sahabat-sahabatnya sebelumnya. Selama aku tinggal bersamanya, aku bisa mempunyai beberapa ekor sapi dan beberapa ekor kambing.
Namun tidak lama berselang, keputusan Allah atasnya menghampirinya seperti ia menghampiri kawan-kawanya. Manakala ajal tiba, aku bertanya kepadanya, “Sesungguhnya engkau mengetahui urusanku seperti yang engkau ketahui, kepada siapa engkau mewasiatkan aku? Apa yang kamu perintahkan kepadaku untuk aku kerjakan?”
Dia menjawab, “Anakku, demi Allah Aku tidak mengetahui masih ada seseorang di muka bumi ini yang berpegang kepada apa yang kita pegang. Namun telah dekat sebuah zaman, dimana di zaman itu seorang Nabi akan muncul di bumi Arab. Dia diutus untuk membawa agama Ibrahim. Kemudian dia berhijrah dari negeri ke negeri yang berpohon kurma di antara dua gunung hitam. Dia mempunyai tanda-tanda sangat jelas. Dia menerima hadiah dan tidak memerima sedekah. Di antara kedua pundaknya terdapat stempel kenabian. Jika kamu mampu berangkat ke negeri itu maka lakukanlah.”
Kemudian laki-laki itu meninggal. Setelah kepergiannya, aku tinggal di Ammuriyah beberapa waktu lamanya. Sampai beberapa orang dari para pedagang Arab dari kabilah Kalb lewat daerah kami, aku berkata kepada mereka, “Aku memberikan sapi-sapi dan kambing-kambingku ini kepada kalian jika kalian mau membawaku ke bumi Arab.” Mereka menjawab, “Ya, kami akan membawamu.”
Maka aku memberikan sapi-sapi dan kambing-kambingku dan mereka pun membawaku. Ketika kami tiba di sebuah tempat yang bernama Wadil Qura (sebuah lembah di antara Madinah dan Syam, ia lebih dekat ke Madinah), mereka mengkhianatiku dan menjualku kepada seorang laki-laki Yahudi, sehingga aku pun hidup dengannya sebagai budak yang harus melayaninya.
Tidak lama aku melayani laki-laki Yahudi ini, karena sepupunya dari Bani Quraizhah datang berkunjung dan membeliku untuk kemudian membawaku ke Yatsrib. Di sana Aku melihat pohon-pohon kurma seperti yang dikatakan oleh uskupku di Ammuriyah. Aku mengetahui bahwa inilah Madinah melalui sifat-sifat yang dia katakan kepadaku, aku pun tinggal di sana bersama majikanku.
Pada saat ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih di Mekkah berdakwah kepada kaumnya, dan aku belum mendengar apa pun tentangnya karena kesibukanku sebagai hamba sahaya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Yatsrib, pada saat itu aku sedang berada di atas pucuk kurma milik majikanku untuk melakukan pekerjaanku, sementara majikanku duduk di bawahnya. Tiba-tiba sepupunya datang dan berkata kepadanya, “Semoga Allah mencelakakan Bani Qailah –yakni Aus dan Khazraj– demi Allah mereka sekarang sedang berkumpul di Quba’ dengan seorang laki-laki yang pada hari ini datang dari Mekkah yang mengaku sebagai Nabi.”
Begitu aku mendengar ucapannya, aku langsung terserang sesuatu yang mirip demam, tubuhku bergoncang keras, sampai-sampai aku takut  jatuh di atas majikanku. Aku segera turun dari pohon, aku berkata kepada sepupu majikanku, “Apa yang Tuan katakan? Tolong ulangi sekali lagi.” Majikanku marah melihat sikapku, dia menamparku dengan keras dan berkata kepadaku, “Apa urusanmu dengannya. Kembalilah kepada pekerjaanmu.”
Di sore hari sku mengambil beberapa biji kurma yang sebelumnya aku kumpulkan. Aku pergi ke tempat di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam singgah, aku menemuinya dan aku berkata kepadanya, “Aku mendengar bahwa Anda adalah laki-laki shalih dengan shahabat-shahabat yang asing dalam kondisi membutuhkan uluran tangan. Ini kurma yang telah aku siapkan untuk sedekah, aku melihat Anda semua adalah orang yang paling berhak untuk menerimanya.” Kemudian aku menyodorkan kurma kepadanya, dia bersabda kepada shahabat-shahabatnya, “Makanlah.” Dan dia sendiri menahan tangannya dan tidak makan. Maka Aku berkata dalam diriku, “Ini satu bukti (bahwa dia tidak menerima shadaqah).”
Kemudian aku pulang, aku mengumpulkan beberapa biji kurma untuk kedua kalinya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah masuk Madinah meninggalkan Quba’, aku datang kepadanya, aku berkata, “Aku melihatmu tidak makan sedekah, ini adalah hadiah yang dengannya aku ingin memuliakanmu.” Maka dia makan sebagian dan memerintahkan shahabat-shahabatnya untuk makan pula. Aku berkata dalam diriku, “Ini bukti yang kedua (dia menerima hadiah).”
Kemudian aku datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau berada di Baqi’ al-Gharqad (sebuah tempat di Madinah yang dijadikan sebagai kuburan) sedang menguburkan sebagian shahabatnya. Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk dengan memakai dua helai kain. Aku mengucapkan salam, kemudian aku memutar ke belakangnya untuk melihat punggungnya dengan harapan bisa melihat stempel kenabian yang dikatakan oleh uskupku di Ammuriyah.
Manakala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat bahwa aku telah berupaya untuk melihat punggung Beliau dan beliau mengetahui maksudku, Beliau pun menurunkan kain dari punggungnya, dan aku pun melihat stempel kenabian. Saat itu aku mengetahuinya, maka aku pun menghambur kepadanya, menciumnya sambil menangis.
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku, “Apa kisahmu?” Maka aku menceritakan kisahku kepada beliau. Beliau terkagum-kagum dibuatnya, beliau berbahagia kalau para shahabat juga mendengarnya dariku. Maka aku pun berkisah kepada mereka, mereka sangat takjub kepada kisahku dan sangat berbahagia karenanya.
Keselamatan untuk Salman al-Farisi di hari dimana dia mencari kebenaran di setiap tempat.
Keselamatan untuk Salman al-Farisi di hari dimana dia mengenal kebenaran lalu dia beriman kepadanya dengan iman yang paling kuat.
Keselamatan untuk Salman al-Farisi di hari dimana dia wafat dan di hari di mana dia dibangkitkan.
***
Diketik ulang dari buku “Mereka adalah Para Shahabat, Kisah-Kisah Manusia Pilihan dari Generasi Terbaik Umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam” karya Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya. Penerbit At-Tibyan. Halaman 89-95.
Artikel Muslimah.or.id
Kisah sahabat nabi

Sabtu, 03 Januari 2015

Kisah tenggelamnya kapal Titanic dalam Al-Quran

KISAH TENGGELAMNYA KAPAL TITANIC DALAM ALQUR’AN

 
لَقَدۡ كَانَ فِى قَصَصِہِمۡ عِبۡرَةٌ۬ لِّأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَـٰبِ‌ۗ مَا كَانَ حَدِيثً۬ا يُفۡتَرَىٰ وَلَـٰڪِن تَصۡدِيقَ ٱلَّذِى بَيۡنَ يَدَيۡهِ وَتَفۡصِيلَ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ وَهُدً۬ى وَرَحۡمَةً۬ لِّقَوۡمٍ۬ يُؤۡمِنُونَ . سُوۡرَةُ یُوسُف ١١١

Firman Allah Yang bermaksud:
“Demi sesungguhnya, kisah Nabi-nabi itu mengandungi pelajaran yang mendatangkan iktibar bagi orang-orang yang mempunyai akal fikiran. (Kisah Nabi-nabi yang terkandung dalam Al-Quran) ia bukanlah cerita-cerita yang diada-adakan, tetapi ia mengesahkan apa yang tersebut di dalam Kitab-kitab agama yang terdahulu daripadanya dan ia sebagai keterangan yang menjelaskan tiap-tiap sesuatu, serta menjadi hidayah petunjuk dan rahmat bagi kaum yang (mau) beriman”.
Dua puluh lima tahun pula sejak ditemukan lokasi karamnya kapal pesiar mewah asal Southhampton ini, belum ada satu penelitian pun yang menelaah secara ilmiah. Tim History Channel, didukung para ilmuwan, arkeolog, dan ahli pencitraan sonar menengok ulang lokasi tenggelamnya Titanic di hamparan Samudera Atlantik. Tak disangka, mereka menemukan puing-puing yang belum pernah terdeteksi sebelumnya. Tentu saja penemuan baru tersebut dapat membantu menguak misteri tenggelamnya kapal yang dijuluki ‘unsinkable’ (tak bisa tenggelam) ini.
Yang menakjubkan lagi, lewat bantuan teknologi sonar yang canggih, seluruh serpihan tersebut direkonstruksi dan dicitrakan ulang hingga membentuk Titanic hologram, sesuai ukuran aslinya, di dalam sebuah hanggar besar.
Penemuan tersebut didokumentasikan History Channel secara apik dalam ‘Titanic: Mystery Solved’.
“Cerita tenggelamnya kapal Titanic telah memukau jutaan orang di seluruh dunia dan diabadikan dalam film tersukses sepanjang sejarah. Masalahnya adalah film tersebut hanya menceritakan kejadian dari sisi kemanusiaan saja. Apa yang mau kami lakukan adalah menengok ulang tragedi ini dari sudut pandang ilmiah dan mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada malam 14-15 April 1912,Image


Kejadian tenggelamnya kapal Titanic adalah sebuah catatan sejarah manusia yang akan terus melegenda. Hingga manusia juga melegendakannya dalam film Titanic. Kapal ini telah diklaim sebagai kapal yang tidak akan tenggelam. Akan tetapi ternyata sang pengatur alam semesta berkehendak lain hingga akhirnya menenggelamkan kapal ini beserta kesombongan manusia.
Apakah kejadian ini ada di dalam Al-Quran? mungkin ya, mungkin juga tidak.
Ada beberapa ayat yang sepertinya berhubungan dan menggambarkan kisah kapal Titanic ini.
Pada halaman itu dikisahkan juga detik-detik kejadian pada saat kapal Titanic itu menabrak gunung es terapung yang akhirnya mengakibatkan kapal Titanic tenggelam.
Berikut saya kutip pada saat artikel ini ditulis dari wiki berbahasa Indonesia:
Pada pukul 23:40 waktu setempat ketika berlayar di selatan Grand Banks di Newfoundland, pengawas Fredrick Fleet dan Reginald Lee melihat bongkahan gunung es yang besar tepat di depan kapal. Fleet membunyikan loceng kapal sebanyak tiga kali dan menelepon dek pengawal memberitahu, “Gunung es, tepat di depan!” Opsir Pertama Murdoch langsung mengarahkan kemudi ke sisi kiri dan mengurangi kecepatan, kemudian mundurkan mesin kapal.
Perhatikan cetak tebal yaitu menit yang menunjukkan waktu kapal tepat pada saat pengawas melihat bongkahan gunung es terapung.
Maka pada menit-menit berikutnya:
Tabrakan ternyata tidak dapat terelakkan, dan gunung es terapung tersebut bergesekan dengan bagian lambung kanan kapal, dan merobek badan kapal di empat bagian pertama dan mematahkan paku baja di bagian bawah kapal yang tertutup permukaan air sepanjang sekitar 91 m (300 kaki). Pintu kedap air baru berhasil menutup rapat saat air sudah keburu memasuki lima bagian kedap air pertama, lebih satu bagian dari apa yang dapat ditahan Titanic agar tidak tenggelam. Berat lima bagian kedap air yang dimasuki air menarik kapal ke bawah melebihi ketinggian dinding kedap air, kemudian air memasuki bagian lain. Kapten Smith, merasakan guncangan hantaman itu, sesampainya ke dek pengawal dan memerintahkan berhenti sepenuhnya. Setelah pemeriksaan oleh pegawai kapten dan Thomas Andrews, sadar bahwa Titanic akan tenggelam, dan setelah tengah malam pada 15 April, perahu penyelamat untuk disiapkan dan panggilan darurat diberitahukan.
Pada menit-menit berikutnya itulah yaitu saat tertabraknya Kapal RMS Titanic dengan gunung es terapung hingga mengakibatkan kapal Titanic tenggelam dan kematian lebih dari 1500 orang. Hal inilah yang sepertinya digambarkan dalam Al-Quran:
QS. Yaasiin (36) : 41-44
41. Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan,
42. dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu.
43. Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan.
44. Tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika.
Kapal ini digambarkan penuh muatan mungkin seperti kapalnya Nabi Nuh A.S.
Untuk Kapal Titanic, Allah SWT ternyata berkehendak, “Kami tenggelamkan mereka”, maka tenggelamlah kapal Titanic beserta sebagian besar penumpangnya. Tetapi Allah juga berkehendak, “Kami selamatkan mereka”, sehingga ada juga penumpang yang selamat yaitu sebagian besar wanita dan anak-anak:
Hampir dua jam setelah Titanic tenggelam, RMS Carpathia tiba di tempat kejadian dan mengambil perahu penyelamat pertama. Dalam beberapa jam kemudian, mereka yang masih hidup diselamatkan. Di geladak Carpathia, doa khusyuk yang singkat untuk yang mereka yang terselamatkan dan untuk memperingati mereka yang tewas diadakan, dan pada pukul 08:50 AM, Carpathia menuju ke New York, dan sampai pada tanggal 18 April.
Artinya: “Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan sekuat-kuatnya; dan awan yang mengandung hujan; dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah; dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan”. (QS: 051: 3)
 
 
Tepatnya pada tanggal 14 april, tanggal ini merupakan tanggal berkabungnya sebagian anak manusia khusunya manusia yang ada di negeri eropa sana. Sebab pada bulan dan tanggal inilah kapal pesiar yang masyhur dengan sebutan “TITANIC”. Nah sehubungan dengan peristiwa ini, adak hikmah yang besar dibalik semua ini bahkan jauh sebelumnya Al-qur’an telah menjelaskan hal-hal yang berkaitan peristiwa semacam ini, namun sangat sedikit manuisa yang menyadari akan hal ini.
 
KISAH KAPAL-KAPAL YANG MENJADI IKHTIBAR
Sebelum melangka lebih lanjut , hayatilah ayat di atas, umat muslim telah yakin bahwa semua telah diatur oleh sang  pencipta  (Allah) sampai hal sekecil dzarrahpun telah diatur oleh Allah SWT.” kapal-kapal yang berlayar dengan mudah” Itulah sepenggal ayat yang terdapat In the Holy quran. Ayat ini sebagai bukti bahwa kapal-kapal yang berlayar semuanya sudah diatur oleh Allah. Yah kapal lah yang menenggalamnya kurang lebih 1517 jiwa penumpang kapal yang diberi nama Titanic dan kapal pulah lah yang menyelamatkan umat Nabi Nuh, serta Allah menenggalamkan umat Nabi Nuh, saat mereka menuduh Nabi Nuh sebagai orang gila dikarenakan mebuat kapal di atas bukit tinggi. Dalam sastra Allah disebutkan Juga Tuhanmu adalah yang menjalankan kapal-kapal di lautan untukmu…” (QS: 17:  66), masih banyak lagi ayat yang menerangkan hal ini dan sekaligus bukti bahwa Allah yang mengatur segala sesuatu. Masih banyak ayat yang menjelaskan bahwa Allah lah yang memperjalankan kapal-kapal di laut. 
 
Kapal Nabi Nuh, Lalu Kami wahyukan kepadanya: “Buatlah bahtera (Kapal) di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. QS.Al-mukminun Ayat 27).
 
Begitulah Allah  menggambarkan sejarah kisah Nabu Nuh melalui al-Qur’an sebagai bukti bahwa kitab suci ini bukanlah buatan tangan manusia dan benar-benar wahyu dari Allah SWT sehingga kisah masa lampau dan akan datang telah tergambar dalam al-quran. Dengan kapal yang dibuat Nabi Nuh mampu mengangkut pengikut-pengikut Nuh dan sepasang dari tiap-tiap jenis binatang yang ada pada zaman itu termasuk jenis-jenis dinosaur raksasa, menunjukkan betapa besarnya bahtera itu.
 “Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal (QS: 26: 119-120)
 
Sebungan dengan kapal “TITANIC” pada tanggal: 14 April 1912, kapal pesiar kebanggaan industri perkapalan dunia itu bertolak dari pelabuhan international Southampton – Inggris dalam pelayaran eksklusif perdananya membawa kaum-kaum bangsawan dan tokoh-tokoh elit dunia serta bourjois lainnya, setidaknya demikian menurut pengakuan mereka. Dengan kapal raksasa ini yang penuh dengan berbagai fasilitas mewah bahkan kapal pesiar ini bagaikan hamparan bumi yang dilengkapi dengan bioskop, pesta pora, dan lain sebagainya. Maka wajarlah jika para awak kapal pesiar ini merasa sombong dikarenakan sudah dirancang sedemikian rupa sehingga ombak apapun yang datang tak akan pernah menenggalamkan ‘’TITANIC’. Sesuai dengan namanya titanic berarti raksasa. Bahkan sejarah mencatat bahwa salah satu dari awak kapal mengatakan tuhan pun tak akan mampu menenggelamkan kapal ini. Hati mereka telah dibutakan oleh ketakaburan bahwa segala hal yang ada di bumi ini tak ada kekuasaan satupun yang paling kuat kecuali kekuasaan Allah SWT. Maka Allah menenggalamkan kapal “TITANIC” beserta ribuan penumpangnya akibat kesombongan mereka, Titanic tenggelam karena menabrak gunung es hingga terbelah menjadi dua dan menewaskan kurang lebih 1517 jiwa.. Nah begitu pula dengan kisah Nabi Nuh saat mengajak Qon’an anak Nabi Nuh untuk ikut naik ke kapal, namun qon’an mengatakan saya akan naik ke bukit tinggi. Padahal Nabi Nuh telah menjelaskan bahwa bumi akan banjir dan semuanya akan rata dengan air, qon’an tak percaya hal itu maka sebagai buah ketakaburanya ahirnya nyawanya melayang seperti melayangnya  ribuan nyawa penumpang kapal titanic.
 
Hiingga 1 abad genap peristiwa titanic mengingatkanku untuk mengolah menjadi tulisan dikarenakan disampingku terlihat hamparan laut athlantik tempat kapal tersebut tenggelam. Apapun profesi kita dan agama kita jauhkanlah sifat takabur baik saat menjawab soal-soal UN dan lain sebagainya.

Allah memberikan kesenangan hidup kepada mereka yang diselamatkan sampai waktu kematian mereka yang ditentukan.
Untuk kita semua terutama untuk penulis diingatkan: Hanya dengan rahmat yang besar dari Allah lah kita bisa diselamatkan di darat, di udara maupun di lautan. Mintalah pertolongan dan perlindungan hanya kepada-Nya dalam setiap perjalanan hidup, jangan lalai dari pada-Nya, jangan sombong dan bertawakal lah hanya kepada Allah SWT.
Wallaahu a’lam bishshowab.

Minggu, 28 Desember 2014




Hadits Nabi tentang Cinta

Kali ini ana mau bikin postingan lagi nih...
Selamat membaca...




Cinta dan Benci


1. Barangsiapa ingin dicintai Allah dan rasulNya hendaklah dia berbicara benar (jujur), menepati amanat dan tidak mengganggu tetangganya. (HR. Al-Baihaqi)

2. Barangsiapa mengutamakan kecintaan Allah atas kecintaan manusia maka Allah akan melindunginya dari beban gangguan manusia. (HR. Ad-Dailami)

3. Paling kuat tali hubungan keimanan ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah. (HR. Ath-Thabrani)

4. Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

5. Cinta berkelanjutan (diwariskan) dan benci berkelanjutan (diwariskan). (HR. Bukhari)

6. Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah dia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hambaNya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah pada dirinya. (HR. Al Hakim)
 
Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press





Manfaat dzikrullah
Hai shobat, ini ana bikin posting lagi nih… Selamat membaca ya, semoga bermanfaat !

Alat Penyuci Hati ^^

Mengapa  dzikrullah adalah alat penyuci hati ?

    Hal ini karena sifat kejahatan hati adalah sikap dan perasaan kearah keduniaan yang tercela, yang membelakangkan Alloh ta’ala justru, jika dzikrullah diamalkan dengan bersungguh-sungguh, maka hati akan berpaling semula kepada Alloh ta’ala dan meninggalkan sikap dan perasaan keduniaan tercela itu.

    Sikap dan perasaan adalah cenderung kepada apa yang sering disebut atau dilihatnya. Maka dengan kaidah ini, dzikrullah yang diamalkan dengan bersungguh-sungguh akan melupakan sikap dan perasaan keduniaan tercela itu dan berpaling untuk mengingat Alloh ta’ala.

    Sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam: “Setiap sesuatu itu ada alat penyucinya, dan alat penyuci hati adalah dzikrullah.” (Abu Musa As-Syaari) .

    Sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam lagi : “Umpama orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati.” (Abu Musa As-Syaari).

Terima Kasih...^^

.:: TrendMuslim.com - Web & Blog Belajar Agama Islam ::.Sofyan Efendi's Blog
hadits.

Iman, Islam dan Ihsan

 


Dari Umar rodhiyallohu’anhu juga, beliau berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian ia duduk di hadapan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu mendempetkan kedua lututnya ke lutut Nabi, dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya, kemudian berkata: ”Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam.” Kemudian Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menjawab: ”Islam yaitu: hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan yang haq disembah kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh. Hendaklah engkau mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Romadhon, dan mengerjakan haji ke rumah Alloh jika engkau mampu mengerjakannya.” Orang itu berkata: ”Engkau benar.” Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkannya. Orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”. (Rosululloh) menjawab: ”Hendaklah engkau beriman kepada Alloh, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”Orang tadi berkata: ”Engkau benar.” Lalu orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.” (Beliau) menjawab: “Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.” Orang itu berkata lagi: ”Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat.” (Beliau) mejawab: “Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.” Orang itu selanjutnya berkata: ”Beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya.” (Beliau) menjawab: ”Apabila budak melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan.” Kemudian orang itu pergi, sedangkan aku tetap tinggal beberapa saat lamanya. Lalu Nabi shollallohu ’alaihi wasallam bersabda: ”Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang yang bertanya itu ?”. Aku menjawab: ”Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu beliau bersabda: ”Dia itu adalah malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”(HR. Muslim).
Kedudukan Hadits
Materi hadits ke-2 ini sangat penting sehingga sebagian ulama menyebutnya sebagai “Induk sunnah”, karena seluruh sunnah berpulang kepada hadits ini.
Islam, Iman, dan Ihsan
Dienul Islam mencakup tiga hal, yaitu: Islam, Iman dan Ihsan. Islam berbicara masalah lahir, iman berbicara masalah batin, dan ihsan mencakup keduanya.
Ihsan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari iman, dan iman memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari Islam. Tidaklah ke-Islam-an dianggap sah kecuali jika terdapat padanya iman, karena konsekuensi dari syahadat mencakup lahir dan batin. Demikian juga iman tidak sah kecuali ada Islam (dalam batas yang minimal), karena iman adalah meliputi lahir dan batin.
Perhatian!
Para penuntut ilmu semestinya paham bahwa adakalanya bagian dari sebuah istilah agama adalah istilah itu sendiri, seperti contoh di atas.
Iman Bertambah dan Berkurang
Ahlussunnah menetapkan kaidah bahwa jika istilah Islam dan Iman disebutkan secara bersamaan, maka masing-masing memiliki pegerttian sendiri-sendiri, namun jika disebutkan salah satunya saja, maka mencakup yang lainnya. Iman dikatakan dapat bertambah dan berkurang, namun tidaklah dikatakan bahwa Islam bertambah dan berkurang, padahal hakikat keduanya adalah sama. Hal ini disebabkan karena adanya tujuan untuk membedakan antara Ahlussunnah dengan Murjiáh. Murjiáh mengakui bahwa Islam (amalan lahir) bisa bertambah dan berkurang, namun mereka tidak mengakui bisa bertambah dan berkurangnya iman (amalan batin). Sementara Ahlussunnah meyakini bahwa keduanya bisa bertambah dan berkurang.
Istilah Rukun Islam dan Rukun Iman
Istilah “Rukun” pada dasarnya merupakan hasil ijtihad para ulama untuk memudahkan memahami dien. Rukun berarti bagian sesuatu yang menjadi syarat terjadinya sesuatu tersebut, jika rukun tidak ada maka sesuatu tersebut tidak terjadi.Istilah rukun seperti ini bisa diterapkan untuk Rukun Iman, artinya jika salah satu dari Rukun Iman tidak ada, maka imanpun tidak ada. Adapun pada Rukun Islam maka istilah rukun ini tidak berlaku secara mutlak, artinya meskipun salah satu Rukun Islam tidak ada, masih memungkinkan Islam masih tetap ada.
Demikianlah semestinya kita memahami dien ini dengan istilah-istilah yang dibuat oleh para ulama, namun istilah-istilah tersebut tidak boleh sebagai hakim karena tetap harus merujuk kepada ketentuan dien, sehingga jika ada ketidaksesuaian antara istilah buatan ulama dengan ketentuan dien, ketentuan dien lah yang dimenangkan.
Batasan Minimal Sahnya Keimanan
1. Iman kepada Allah.
Iman kepada Allah sah jika beriman kepada Rububiyyah-Nya, uluhiyyah-Nya, dan asma’ dan sifat-Nya.
2. Iman kepada Malaikat.
Iman kepada Malaikat sah jika beriman bahwa Allah menciptakan makhluk bernama malaikat sebagai hamba yang senantiasa taat dan diantara mereka ada yang diperintah untuk mengantar wahyu.
3. Iman kepada Kitab-kitab.
Iman kepada kitab-kitab sah jika beriman bahwa Allah telah menurunkan kitab yang merupakan kalam-Nya kepada sebagian hambanya yang berkedudukan sebagai rasul. Diantara kitab Allah adalah Al-Qurán.
4. Iman kepada Para Rasul.
Iman kepada para rasul sah jika beriman bahwa Allah mengutus kepada manusia sebagian hambanya mereka mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada manusia, dan pengutusan rasul telah ditutup dengan diutusnya Muhammad shallallaahu álaihi wa sallam.
5. Iman kepada Hari Akhir.
Iman kepada Hari Akhir sah jika beriman bahwa Allah membuat sebuah masa sebagai tempat untuk menghisab manusia, mereka dibangkitkan dari kubur dan dikembalikan kepada-Nya untuk mendapatkan balasan kebaikan atas kebaikannya dan balasan kejelekan atas kejelekannya, yang baik (mukmin) masuk surga dan yang buruk (kafir) masuk neraka. Ini terjadi di hari akhir tersebut.
6. Iman kepada Taqdir.
Iman kepada taqdir sah jika beriman bahwa Allah telah mengilmui segala sesuatu sebelum terjadinya kemudian Dia menentukan dengan kehendaknya semua yang akan terjadi setelah itu Allah menciptakan segala sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya.
Demikianlah syarat keimanan yang sah, sehingga dengan itu semua seorang berhak untuk dikatakan mukmin. Adapun selebihnya maka tingkat keimanan seseorang berbeda-beda sesuai dengan banyak dan sedikitnya kewajiban yang dia tunaikan terkait dengan hatinya, lesannya, dan anggota badannya.
Taqdir Buruk
Buruknya taqdir ditinjau dari sisi makhluk. Adapun ditinjau dari pencipta taqdir, maka semuanya baik.
Makna Ihsan
Sebuah amal dikatakan hasan cukup jika diniati ikhlas karena Allah, adapun selebihnya adalah kesempurnaan ihsan. Kesempurnaan ihsan meliputi 2 keadaan:
1. Maqom Muraqobah yaitu senantiasa merasa diawasi dan diperhatikan oleh Allah dalam setiap aktifitasnya, kedudukan yang lebih tinggi lagi.
2. Maqom Musyahadah yaitu senantiasa memperhatikan sifat-sifat Allah dan mengaitkan seluruh aktifitasnya dengan sifat-sifat tersebut.

Sumber: Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh - http://muslim.or.id
Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma’had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya)